Suatu saat seorang murid bertanya kepada Sang Guru, "Bagaimana saya dapat mengenal Allah?" Sang Guru berkata:" Renungilah dirimu bahwa kau berasal dari setetes air mani !". Si murid terdiam, bingung tak tahu apa maksud perkataan Sang Guru. Melihat keadaan si murid Sang Guru mengulangi kata-katanya kembali, "Ranungilah dirimu bahwa kau berasal dari setetes air mani, sekarang!" Si murid mulai paham, dan terlintas dalam benaknya tentang firman Allah dalam surat Al Mu'minun 23 ayat 12-14 :
"Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah, kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."
Si murid duduk tafakkur, memikirkan penciptaan dirinya. Mulailah dia berdialog dengan dirinya sendiri, "Siapakah aku ya Allah, Engkau menciptakan kami dari tanah, lalu tanah itu Engkau jadikan air mani, dari air mani itu Engkau jadikan kami segumpal darah, dari segumpal darah itu Engkau jadikan kami tulang-belulang, dan dari tulang-belulang itu Engkau bungkus dengan daging, setelah Engkau sempurnakan kejadian kami Engkau tiupkan sebagian roh-Mu. Wahai yang Allah, aku ini sebenarnya tiada, yang ada hanya Engkau...yang ada hanya Engkau, aku ini tiada,"
Demikian dialog itu dilakukan berulang-ulang dan diucapkan dalam hati dengan perasaan penuh dan kesadaran yang tinggi. Dari hari ke hari dengan penuh tekad dan perjuangan untuk mencari jati diri, tanpa peduli lagi dengan keadaan di sekitarnya, tanpa peduli suara-suara lain kecuali suara hati, tanpa peduli gigitan nyamuk dan semut yang terasa mengerumuni seluruh badan, si murid telah berjuang mengendalikan hawa nafsunya sehingga mulailah jasmaninya tidak dirasakan, tetapi yang dirasakan ada hawa lain yang lembut dan sejuk yang menyelimuti dirinya.
Sang guru berkata, "Wahai anakku, engkau telah belajar meniadakan diri jasmanimu, sehingga yang mulai menguasai dirimu adalah jiwamu. Ketahuilah bahwa, yang mengenal Tuhan itu adalah jiwamu, bukan jasmanimu. Karena jiwalah yang pernah bertemu langsung dengan Tuhannya dengan membuat persaksian di alam rahim." Sang murid berdiam diri, masih bingung apa yang baru terjadi pada dirinya.
(Dari pengalaman batin Pewaris Amanah)
Pelajaran ini dapat langsung dipraktekkan, yakinlah Anda akan mendapatkan sesuatu yang beda. Asalkan Anda mau berjihat karena-Nya.
BalasHapusSELAMAT MENEMUKAN JATI DIRI SEBENARNYA...
BalasHapusKetika saya melakukan tafakur seperti ini, fikiran & perasaan terasa menghadang dan menghalang-halangi. Mohon nasehat & wejangannya
BalasHapusaw
gmandalan@yahoo.com