Minggu, 18 September 2011

Belajar dari Mimpi

Mimpi adalah bunga tidur. Bahasa itu biasa kita dengar bila ada seseorang yang mengungkapkan tentang mimpinya, walaupun sebagian orang menyakini bahwa mimpi itu adalah perjalanan batiniah menuju alam gaib. Terlepas dari pada itu ternyata mimpi bagi orang tasawwuf adalah pelajaran untuk mengenal jati diri, yaitu dari mimpi, kita dapat memisahkan antara jasadiah, jiwa, dan rohaniah kita.

Pada saat kita bermimpi, jiwa ini sedang keluar dari badan jasadiah menuju ke alam lain. Biasanya di dalam mimpi kita akan bertemu dengan sesuatu yang menakutkan yang memburu kita, sehingga kita berlari sekencang-kencangnya. Pada saat kita tersadar dari mimpi kita merasa lelah dan bahkan nafas kadang ngos-ngosan.
Andaikata badan jasadiah kita dicubit pada saat kita tertidur, maka badan itu tidak akan merasakan apa-apa karena jiwa kita sedang keluar menuju alam mimpi. Begitupun juga pada saat kita meninggal, jasad kita tidak akan merasakan apa-apa lagi meskipun dibelah. Jadi pada dasarnya yang merasa di dalam diri kita itu adalah jiwa (nafs), bukan badan jasadiah. Nafs inilah yang dapat merasakan sakit, senang, sedih, gembira, damai, sehat, pahit, manis, dan lain-lain. Nafs inilah yang mengenal Tuhannya. Nafs inilah yang pernah berjanji di alam alastu. Nafs inilah yang nantinya akan bertanggung jawab langsung kepada Tuhannya. Nafs inilah yang apabila selalu tenang akan dipanggil langsung oleh Allah dengan sapaan :"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku".

Tubuh atau badan jasadiah adalah wadah bagi jiwa. Bagaimana bentuk jiwa itu ? Menurut para sufi bentuk jiwa sama dengan bentuk wadah yang ditempatinya, sebagaimana bentuk air di dalam cerek, air akan mengikuti bentuk dari cerek tersebut. Jiwa itu gaib, ia dapat melintasi ruang dan waktu, bisa menuju ke masa lalu dan bahkan ke masa depan. Pada dasarnya jiwa itu menurut sebagian sufi adalah akal, angan-angan, dan nafsu di dalam diri kita. Maka beruntunglah orang-orang yang mengislamkan akan, angan-angan, dan nafsunya, dan 'berjamaah' antara akal, angan-angan, dan nafsunya menyembah kepada Penciptanya, sebagaimana ucapan para sufi yang mengatakan sembahlah Tuhanmu dengan sepenuh jiwa ragamu.

Pada saat kita tertidur ternyata kita dapat mengetahui bahwa diri kita bermimpi. Kita dapat melihatnya dengan pandangan batiniah, padahal kita tertidur. Lalu siapa batiniah itu ? Ketika jiwa sedang berada di alam mimpi, jasad tertidur, ada Zat Yang Maha Melihat dan memperlihatkan kepada kita kalau jiwa kita keluar. Ada Zat di dalam diri kita yang memancarkan cahaya cinta sehingga kita dapat mencintai, ada Zat yang berbisik dalam hati nurani kita kalau pekerjaan yang kita lakukan itu benar atau salah, meskipun kadang kita tak memperdulikannya. Ada Zat yang dekat dengan kita bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita. Lalu mengapa kita tak mengenal-Nya atau tak mau mengenal-Nya, padahal Dialah yang memberi kita makan dan minum, memberi kita rezeki, yang menghidupkan kita.

Inilah pengenalan diri. "Man arafa nafsah pakad arafa rabbah, man arafa rabbah fakad arafa nafsah".Siapa yang mengenal dirinya niscaya ia akan mengenal Tuhan-Nya, dan siapa yang mengenal Tuhannya niscaya ia akan mengenal dirinya.
Diri ini ada tiga zat, yakni badan jasadiah, jiwa atau nafs, dan rohaniah. Ruhaniah ini berasal dari tiupan ruh ilahi. Q.S: 15/29 ...dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku...

Tugas jasad adalah berdiri, ruku', sujud, dan duduk, dengan kata lain melaksanakan shalat lima waktu. Sedangkan tugas nafs adalah semata-mata mengingat kepada Tuhannya. Sedangkan ruhaniah inilah tumpuan ingatan kita. Ingatan yang dimaksudkan di sini adalah rasa, karena akal tak akan mungkin dapat mengingat Zat-Nya. Tetapi rasa ini dapat menangkap fenomena gaib. Seperti angin tak dapat tampak oleh mata, tetapi dapat dirasakan. Atau manisnya gula tak dapat terlihat oleh mata tetapi dapat dirasakan. Untuk membangkitkan rasa dalam diri kita silahkan baca di Memahami dan Menemukan Jati Diri.

Ya...Allah, mudah-mudahan yang membaca tulisan ini dapat mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya, serta melaksanakan perintah-perintah Tuhannya, sehingga dia menjadi bagus hubungannya dengan Allah serta bagus hubungannya dengan perintah Allah, dan menjadi penduduk atas langit, menjadi artis langit, Amin ...!

Untuk memperkaya wawasan Anda tentang kajian tasawwuf silahkan buka blog di bawah ini :
 1. http://www.tuanguru.net/
 2. http://www.surgamakalah.com/

4 komentar:

  1. saya suka tulisan ini, apalagi kalimat yang paling di bawah...hehehe

    BalasHapus
  2. "artis langit" tdk kalah menarik ...hehehe

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, belajar dari mimpi...dapat mengenal jati diri, thank's

    BalasHapus