Jumat, 23 September 2011

BERPANDANG-PANDANGAN

Bismillahir Rahmanir Rahim !


Dari tipe-tipe jabat tangan di atas tentu kita dapat merasakan bagaimana sebaiknya berjabat tangan yang baik menurut pandangan kita. Tetapi sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia, maka jabat tangan yang terasa lebih mendalam di hati yaitu berjabatan tangan dengan saling mengenggam tangan kuat-kuat sambil berpandangan dan tersenyum di antara keduanya. Sedang jabat tangan tipe yang lainnya akan terasa hambar dan berlalu begitu saja tanpa ada yang tertinggal di hati, walaupun suatu saat kita berjuma kembali, tetapi seakan-akan kita tak pernah berjumpa sebelumnya. Hal ini terjadi karena tidak adanya sambungan batin antara keduanya. yang ada hanyalah kontak fisik
.

Pelajaran tersebut di atas ternyata dapat kita aplikasikan dalam shalat, agar shalat kita senantiasa dapat berbekas dalam hati. Pada saat berdiri dalam shalat, berdiri dengan iklas, yaitu melemaskan semua atot-otot dalam tubuh sehingga otot-otot tidak memiliki kekuatan. Hadapkankah jiwamu kepada Allah, yaitu di dalam hatimu seakan-akan engkau berpandangan dengan Allah. Lalu rasakan jiwamu meluncur ke atas sampai batas kemampuanmu untuk bermi'raj menuju Allah. Lalu engkau bertakbir kepada Allah. Kemudian fokuskanlah rasamu kembali di dalam hatimu seakan-akan engkau berpandangan-pandangan dengan Allah. Pertahankan rasamu atau kesambunganmu dengan Allah pada saat engkau membaca surat-surat dalam Al-Quran hingga shalatmu selesai.

Demikianlah cara shalat yang baik sesuai dengan ihsan .Sebab bagaimana mungkin pada saat kita shalat yang seharusnya kita menghadapkan hati kita kepada Allah, tetapi hati kita menengok kepada makhluk-Nya. Bagaimana mungkin seorang kekasih yang pada saat mengungkapkan kata-kata cintanya, tetapi ketika diungkapkan pandangannya jatuh kepada orang lain?. Dan bagaimana mungkin kita hanya memberikan cinta yang setengah-setengah dan tak ikhlas kepada orang yang kita kasihi ? Demikian pula dengan Allah. Allah itu tak ingin diduakan atau disetarakan dengan makhluk-Nya.

Ketika Nabi SAW ditanya oleh Malaikat Jibril tentang "ihsan", Nabi SAW berkata bahwa: "Engkau shalat seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika engkau tidak melihat Allah, maka sesungguhnya Allah melihat angkau". Jadi pada dasarnya di dalam shalat hati kita harus hadir kepada Allah dan berpandang-pandangan kepada Allah, sebab siapa yang patut disembah selain Allah. Bukan nama-Nya, bukan ciptaan-Nya, dan bukan sifat-Nya, melainkan zat-Nya. Itulah penyembahan yang sempurna. Ketika Ali R.A ditanya: Apakah engkau melihat Allah ? Jawab Ali R.A : Aku tidak menyembah apa yang aku tidak melihatnya. Tinggal bagaimana manusia mencapai penyembahan sejati, bukan kepada asma-Nya, bukan kepada sifat-Nya dan bukan kepada ciptaan-Nya melainkan langsung kepada Zat Allah Yang maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Q.S : 29/69 Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik. Inilah janji Allah bagi siapa saja yang berjihad mencari-Nya, insya Allah akan ditunjukkan jalan menuju kepada-Nya. Mudah-mudahan Allah  menyempurnakan penyembahan kita  sehingga kita dapat sampai kepada ihsan, Amin !


4 komentar:

  1. mantap bener..."Berpandngan" ketika Shalat....lbh bagus judulnya...hehehe

    BalasHapus
  2. kita harus banyak bercermin, biar lbih mantabb...

    BalasHapus
  3. Berpandangan-pandangan dalam shalat, bgmn caranya...?!

    BalasHapus
  4. hilangkan pandang pada alam,,,lenyapkan pandang pada diri,,,Allahu Akbar

    BalasHapus